Philosophy of Science: Metode Penelitian Ilmiah
Oleh: Soedarso*
Bagaimana suatu pengetahuan ilmiah diperoleh? Ilmu atau sains memperoleh pengetahuannya menggunakan “metode penelitian ilmiah”. Sejauh ini belum terdapat kesatuan pandangan tentang bagaimana metode penelitian ilmiah yang satu. Penelitian-penelitian yang seksama dari bidang fisika, astronomi, psikologi, sosial, ekonomi, seni dan seterusnya, telah gagal untuk menemukan satu metode yang dapat dipakai untuk semua bidang ilmu; sebagai contoh: astronomi dapat berkembang dengan baik berdasarkan metode pengamatan dan perhitungan matematik; fisika dan kimia berkembang karena metode eksperimen yang terarah. Oleh karena itu, berbicara metode ilmiah berarti membicarakan beberapa metode ilmiah, bukan hanya satu metode (Titus, dkk, 1984:260-273). Beberapa metode ilmiah yang pokok antara lain sebagai berikut:
a. Metode Observasi (Pengamatan):
Pengetahuan diperoleh dengan cara mengamati secara teliti menggunakan panca indera: dengan melihat, mendengar, menyentuh, merasa, mencium bau. Atas dasar pengamatan kemudian diambil kesimpulan tentang: hubungan (relasi), sebab dan akibat, serta situasi. Prinsip yang utama dalam metode ini adalah “keadaan-keadaan yang tetap dan selalu menyertai beberapa fenomena yang sama, menemukan hubungan sebab akibat dengan fenomena tersebut. Contoh: jika akhir-akhir ini didapati banyak orang yang meninggal dengan cepat di berbagai pelosok nusantara, setelah diamati terdapatnya gejala-gejala yang sama, maka kita menetapkan bahwa gejala tersebutlah yang merupakan penyebab kematian. Seterusnya diteliti lebih mendalam lagi gejala-gejala: asalnya darimana, disebut penyakit apa, obatnya bagaimana, dan seterusnya.
Pengamatan (observasi) yang baik juga dapat dibuktikan kebenarannya oleh pengamat lain. Beberapa syarat agar pengamatan berjalan dengan baik:
1. Pancaindera yang sehat (normal). Dalam banyak bidang ilmu sangat diperlukan indera penglihatan dan pendengaran yang sempurna.
2. Kematangan intelektual. Kemampuan berpikir seseorang, kemampuan daya analisis, sintesis, logika, kecermatan, terbebas dari tekanan, tidak kenal menyerah.
3. Alat-alat pendukung dan laboratorium. Teleskop, mikroskop, jam, video shotting, termometer, barometer, penggaris, dan lain-lain yang dapat mengukur dalam pengambilan data sangat menentukan hasil pengamatan. Alat yang rusak tidak akan menghasilkan pengamatan yang benar.
4. Posisi dan kondisi pengamatan. Pengamat harus memperhatikan keadaan objek yang ditelitinya secara seksama beserta faktor-faktor yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi.
5. Memiliki pengetahuan tentang medan secara baik. Faktor-faktor lain yang melingkupi baik objek yang akan kita teliti maupun subjek (diri kita / kelompok peneliti) juga harus diperhitungkan agar penelitian berhasil.
b. Metode Percobaan (Eksperimen) dan Perbandingan (Komparasi):
Eksperimentasi di dalamnya terkandung makna “manipulasi” dan “kontrol”. Objek yang diselidiki diberi perlakuan-perlakuan (treatment) tertentu sesuai maksud penelitian, kemudian diperhatikan akibat-akibat dari perlakuan tersebut. Contohnya dengan mengubah satu faktor, membiarkan faktor yang lain, kemudian mengamati perbedaan dan persamaan dari hasil eksperimen tersebut. Syarat-syarat eksperimen yang berhasil:
1. Kuantitas dan kualitas dua atau lebih objek yang akan dikenai perlakuan dan yang akan diperbandingkan; harus betul-betul sama (atau mendekati sama), setidaknya dibuktikan melalui pengukuran.
2. Kondisi sekitar objek-objek yang diperbandingkan tidak berbeda. Untuk ilmu alam kondisi misalnya meliputi tekanan udara, suhu udara, ketinggian tempat, berat jenis, dan lain-lain; untuk ilmu sosial kondisi misalnya meliputi lingkungan (pantai, pegunungan, padang rumput, dll), tingkat ekonomi, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan sebagainya.
3. Hasil pembandingan itu hanya bisa digeneralisasikan untuk objek-objek lain yang memiliki kesamaan dengan objek eksperimentasi.
c. Metode literatur (penelitian sekunder):
Penelitian tak langsung. Peneliti tidak secara langsung mengadakan pengamatan atau eksperimentasi terhadap objek yang ditelitinya, melainkan membuat sintesis dan analisis dari data-data hasil penelitian orang-orang lain. Hal ini untuk memungkinkan memandang berbagai fenomena secara luas (komprehensif), sehingga diperoleh pemahaman tingkat makro (antar fenomena).
Penyimpulan hasil penelitian pada metode observasi dan eksperimen sering dibantu dengan “statistik”, karena pada kedua metode tersebut sering yang dapat diteliti hanyalah “sample”, tetapi penyimpulannya berlaku untuk seluruh “populasi”. Pada saat mengeneralisasikan dari sample (sample=sebagian dari populasi) ke populasi itulah diperlukan metode stastitik sebagai legitimasi ilmiah-matematis. Kalau data-data yang diperoleh dari sample yang baik (datanya baik dan sample-nya juga baik) dan diolah dengan metode statistik yang sesuai maka hasil penelitian memiliki tingkat ketepatan yang tinggi. Penelitian ilmiah sering diarahkan untuk mencapai hal tersebut. Tetapi jika data dan samplenya tidak valid maka hasilnya juga tidak dapat mewakili populasi.
Hasil-hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh metodenya. Metode penelitian ilmiah merupakan prosedur yang meliputi mulai dari penyusunan proposal, pengambilan data, analisis data, sampai pemaparan hasil penelitian. Jika telah memenuhi syarat-syarat metodologis maka hasil sebuah penelitian dianggap telah memenuhi syarat sebagai pengetahuan ilmiah.
*****
* Sumber: Soedarso & Heri Santoso, 2007, Filsafat Ilmu dan Etika, Penerbit Pustaka Rasmedia, Yogyakarta. Halaman: 53-57.
Komentar
Posting Komentar